KUANTOR
Kuantor adalah
suatu istilah yang menyatakan “berapa banyak” dari suatu objek dalam suatu
sistem. Suatu kesimpulan dalam logika sering digambarkan menggunakan
kuantor-kuantor sebagai berikut.
1.
Kuantor Universal (Kuantor Umum)
Pernyataan “Semua manusia adalah fana” dapat
dinyatakan dengan “Untuk setiap obyek,
obyek itu fana”.
Kata “obyek itu” adalah sebagai ganti “obyek” sebelumnya. Kata ini dinamakan
variabel individual, yang dapat kita ganti dengan lambang “x”, sehingga kita
peroleh :
“Untuk setiap x, x adalah fana”.
Lebih singkat
lagi, sesuai dengan cara pemberian symbol pada pernyataan tunggal, kita peroleh
:
“Untuk setiap x, Mx”.
Ungkapan “Untuk setiap (semua) x” disebut Kuantor
Universal atau Kuantor Umum (Universal Quintifier), dan diberisimbol dengan “(∀)”.
Dengan symbol batu ini kita dapat melengkapi simbolasi (pemberian symbol)
pernyataan umum pertama tadi dengan notasi (∀x)
Mx.
Tanda ∀
dibaca “untuk setiap” atau “untuk semua”. Notasi lain daripada ∀
adalah A. bahkan ada pula para ahli yang tidak mencantumkan kedua simbol ini
dalam menyatakan Kuantor Umum, sehingga notasinya cukup dengan : (x) Mx.
Notasi (∀x)
Mx, seperti diatas, dibaca “untuk setiap
x, x mempunyai sifat “M”, atau “untuk
setiap x, berlaku Mx”. Akibat adanya kuantor ∀x,
maka Mx menjadi kalimat tertutup (pernyataan).
Contoh :
1) Misalkan Mx : x + 2 > 0. Maka M (-1/2) = -1/2 + 2 > 0 ada
lah pernyataan yang B (benar).
2) Misalkan x adalah bilangan real, maka (∀x)
[x2 + 2 > 0] mempunyai nilai kebenaran B (benar).
3) Misalkan x adalah bilangan real, maka(∀x)
[x2 + 1 = 0] nilai kebenarannya S (salah).
2.
Kuantor Eksistensial (Kuantor Khusus)
Seperti halnya
dalam menyusun ungkapan pernyataan umum pada Kuantor Umum di atas, kita pun
dapat melakukan hal yang serupa untuk pernyataan “Sesuatu adalah fana”, dengan:
Ada paling sedikit satu yang fana.
Ada sekuran-kurangnya satu yang fana.
Ada paling sedikit satu obyek, sedemikian rupa
sehingga obyek itu adalah fana.
Ada paling sedikit satu x, sedemikian rupa sehingga
x adalah fana.
Lebih singkat lagi dapat kita tulis
:
Ada paling sedikit satu x, sedemikian rupa sehingga
Mx.
Pernyataan “Ada paling sedikit satu x, sedemikian rupa
sehingga”, atau “Ada
sekurang-kurangnya satu x, sedemikian rupa sehingga” dinamakan “Kuantor
Khusus” atau “Kuantor Eksistensial” (Exitential Quantifier), dan diberi simbol
“(Ǝx)”. Dengan menggunakan symbol baru ini, kita dapat melengkapi penyimbolan
terhadap pernyataan umum kedua di atas dengan : (Ǝx) Mx.
Pernyataan (Ǝx) Mx dibaca : Ada
paling sedikit satu x, sedemikian rupa sehingga Mx, atau beberapa x, sehingga
berlaku Mx.
Contoh :
1) (Ǝx) [x2 + 1 = 0], dibaca
“ada paling sedikit satu x, sehingga x2 + 1 = 0”. Nilai kebenaran
pernyataan ini adalah salah (S).
2) (Ǝx) [2x + 5 ≠ 2 + 2x], dibaca “ ada
paling sedikt satu x, sehingga 2x + 5 ≠ 2
+ 2x”. nilai kebenarannya adalah benar (B).
Kuantifikasi
Eksistensial dalam fungsi proposisi adalah benar jika dan hanya jika
sekurang-kurangnya satu substitution instansenya benar. Demikian pula, jika
Kuantifikasi Universal sebuah proposisi benar, maka Kuantifikasi
Eksistensialnya tentu benar pula. Ini berarti, jika (∀x)
Mx benar, maka (Ǝx) Mx benar pula.
NEGASI PERNYATAAN BERKUANTOR
Perhatikan 2
pernyataan dibawah ini :
(1) Beberapa mahasiswa menganggap
Kalkulus sukar.
(2) Tak ada mahasiswa yang suka
menyontek.
Pernyataan (1)
merupakan negasi dari “Semua mahasiswa tak menganggap Kalkulus sukar”,
sedangkan pernyataan (2) merupakan negasi dari “Beberapa mahasiswa suka
menyontek”.
Pada
pernyataan-pernyataan di atas, pernyataan (2), yakni “Tak ada mahasiswa yang
suka menyontek” sama dengan “Semua mahasiswa tak suka menyontek”. Ini berarti
pernyataan (2) sebenarnya masih mempunyai bentuk kuantor (∀x)
Mx.
Dari uraian di
atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa negasi Kuantor mempunyai sifat-sifat
berikut :
1) Negasi dari Kuantor Universal sebuah
fungsi proposisi adalah logically equivalent dengan Kuantor Eksistensial dari
negasi fungsi proposisinya.
2) Negasi dari Kuantor Eksistensial dari
sebuah fungsi proposisi adalah logically equivalent dengan Kuantor Universal
dari negasi fungsi proposisinya.
Dalam bentuk
lambing dapat kita nyatakan dengan :
(a) ~ (∀x)
Mx ≡ (Ǝx) ~ Mx
(b) ~ (Ǝx) Mx ≡ (∀x)
~ Mx
Contoh :
Tentukan negasi dari pernyataan
berikut :
1. Semua bilangan cacah adalah bilangan
real.
2. Beberapa bilangan asli adalah bilangan
rasional.
3. Tak ada bilangan prima yang genap.
4. Semua mahasiswa tak suka menganggur.
5. Tak ada guru yang senag jaipingan.
Jawab :
1. Beberapa bilangan cacah adalah bukan
bilangan real.
2. Semua bilangan asli adalah bukan
bilangan rasional.
3. Beberapa bilangan prima ada yang genap.
4. Ada paling sedikit satu mahasiswa
(seorang mahasiswa) yang suka menganggur.
5. Beberapa guru ada yang senang jaipongan.
PEMBUKTIAN VALIDITAS ARGUMEN BERKUANTOR
Untuk menyusun
bukti langsung validitas sebuah argument yang mengandung kuantor dan fungsi
proposisi, kita memerlukan aturan tambahan yang baru. Pada bagian ini kita akan
menambah dengan 4 aturan yang baru :
1)
Universal Instantiation
Kuantor umum
sebuah fungsi proposisi hanya benar jika dan hanya jika semua substitution
instance fungsi proposisinya benar. Dengan demikian, kita dapat menarik
kesimpulan bahwa suatu substitution instance sebuah fungsi proposisi dapat
ditarik secara valid dari kuantor umumnya.
Kita dapat
menyatakan aturan ini dengan notasi :
dimana
a adalah lambang individual.
Rumus ini memungkinkan
kita untuk menarik secara valid sebuah substitution instance dari Kuantor umum
sebuah fungsi proposisi. Oleh karena itulah rumus atau aturan ini dinamakan Universal Instantiation, disingkat UI.
Contoh 1 :
Perlihatkanlah bukti lansung pembuktian
validitas argumen berikut :
Semua kucing adalah hewan yang menyusui.
Puppy adalah seekor kucing.
Jadi,
poppy adalah hewan menyusui.
Pembuktiannya dapat dilakukan sebagai
berikut :
1. (
⩝ x ) ( Kx ⊃ Hx )
2. Kp /∴
Hp,
3. Kp
⊃ Hp 1,UI.
4. Hp 3,2,MP.
(pada contoh ini dimisalkan Kx : x
adalah seekor kucing dan Hx : x adalah hewan menyusui, sedangkan “p” sebagai
wakil dari Puppy).
Contoh 2 :
Susunlah bukti formal pebuktian
validitas argumen
berikut:
Semua orang yang sabar akan berhati
tenang.
Tak ada orang yang berhati tenang ceoat
naik darah.
Ratnasari adalah orang yang sabar.
Jadi,
Ratnasari tidak ceoat naik darah.
Penyelesaian :
Misalkan
Sx : x adalah orang yang sabar,
Tx : x berhati tenang.
Cx : x cepat naik darah,
r : lambang individual Ratnasari.
Jalan pembuktiannya dapat disusun
seperti dibawah ini :
1.
(⩝ x) ( Sx ⊃
Tx ) Pr.
2.
( ⩝ x ) (Tx ⊃ ~ Cx) Pr.
3.
Sr
Pr. / ∴Cr.
4.
Sr ⊃ Tr
1,UI.
5.
Tr ⊃ ~ Cr
2,UI.
6.
Sr ⊃ ~ Cr 4,5,HS.
7. ~ Cr
6,3,MP.
2)
Universal Generalization
Dalam rumus (aturan) Universal Generalization (UG), kita
menarik konklusi generalisasi secara umum. Kita menyimpulkan apa yang merupakan
ciri khas atau sifat suatu individu, yang juga terdapat pada individu lain yang
sejenis, sehingga akhirnya kita menarik kesimpulan yang berlaku umum, yakni
kesimpulan bahwa sifat atau ciri khas tersebut berlaku pula untuk sembarang in
divide. Dengan demikian, jika “a” sebagai lambang individual, maka “Ma’ yang
benar akan mengakibatkan adanya Mx yang benar pula.
Dalam bentuk lambang, UG dinotasikan
dengan :
a
adalah lambing individual.
Contoh :
Perhatikanlah
argumen di bawah ini .
Semua mahasiswa
Matematika adalah manusia.
Tak ada manusia
yang hidup seribu tahun.
Jadi, tak ada
mahasiswa Matematika yang hidup seribu tahun.
Penyusunan bukti formalnya dapat dilakukan sebagai
berikut :
Misalkan
Ax : x adalah seorang ahasiswa Matematika,
Bx : x adalah manusia,
Cx : hidup seribu tahun.
1.
( ⩝ x ) ( Ax ⊃
Bx )
Pr.
2.
( ⩝ x ) ( Bx ⊃
~ Cx )
Pr. / ∴ ( ⩝ x ) ( A ⊃ ~ Cx).
3. Aa ⊃ Ba
1,UI
4.
Ba ⊃ ~ Ca
2,UI.
5.
Aa ⊃ ~ Ca
3,4 HS.
6.
( ⩝ x )Ax ⊃
~ Cx ) 5,UG.
3)
Exixtensial Generalization
Seperti yang telah kita
ketahui, Kuantor Eksistensial sebuah fungsi proposisi adalah benar jika dan
hanya jika fungsi proposisi tersebut mempunyai paling sdikit sebuah
substitution instance yang benar. Ini memungkinkan kita untuk dapat melakukan
inferensi dari suatu substitution instance yang benar menghasilkan Kuantor
Eksistensial sebuah fungsi proposisi yang benar pula.
Aturan ini dinamakan Existensial Generalization, disingkat
EG, dan ditulis dengan :
a
adalah lambang individual.
Contoh
:
Perhatikan sebuah agumen dibawah ini .
Setiap
bilangan prima adalah bilangan asli.
Jadi,
jika 2 adalh bilangan prima, maka beberapa bilangan prima adalah bilangan asli.
Misalkan
: Px : x adalah bilangan prima ;
Ax : x adalah bilangan asli:
Dan “2” dilambangkan dengan
“d”,
Maka
validitas argumen di atas dapat disusun sebagai berikut :
1. ( ⩝
x ) ( Px ⊃
Ax ) Pr./∴Pd⊃(∃x)(Px⋀Ax)(CP).
2. Pd
/∴(∃x)(Px⋀Ax(CP).
3. Pd ⊃
Ad
1, UI
4. Ad
3,2,MP.
5. Pd ⋀ Ad 2,4.Conj.
6. ( ∃ x )( Px ⋀ Ax ) 5,EG.
4)
Existensial Instantiation
Pada sebuah Kuantor
Eksistensial sebuah fungsi proposisi paling sedikit ada sebuah substitusi
tertentu yang dapat menggantikan variable “x” pada fungsi proposisi tersebut,
yang akan menghasilkan sebuah substitution instance. Memang kita tidak boleh
tahu sesuatu pun tentang konstanta
individual tersebut, namun kita dapat mengambil suatu konstanta individual
selain “a”, misalnya “y”, yang tak pernah muncul sebelumnya dalam pembuktian yang
sedang kita laksanakan. Dengan adanya konstanta individual “y” ini, mak kita
dapat menarik konkludsi dari Kuantor Eksistensial sebuah fuungsi proposisi yang
mengandung lambing “y”. Aturan ini dikenal dengan nama Existential Instantiation, yang sering disingkat dengan symbol EI.
Aturan baru ini dapat dinyatakan dengan :
y adalah sebuah konstanta individual
selain “a”, yang tak pernah muncul, dalam pembuktian yang sedang kita lakukan.
Contoh :
Perhatikan argumen berikut :
Semua mahasiswa pemenang beasiswa adalah
mahasiswa yang berprestasi.
Beberapa mahasiswa Matematika adalah
pemenang bea siswa .
Jadi, beberapa mahasiswa Matematika
adalah mahasiswa uang berprestasi.
Dalam
lambang, pembuktian argumen ini dapat disajikan seperti berikut :
1.
( ⩝ x ) ( Px ⊃
Bx ) Pr.
2.
( ∃ x ) ( Mx ⋀ Px ) Pr./∴(∃x)(Mx⋀Bx).
3.
My ⋀ Py
2,EI.
4.
Py ⊃ By
1,UI
5.
Py ⋀ My
3,Comm.
6.
Py 5,Simp.
7.
By
4,6 MP.
8. My
3, Simp.
9. My ⋀
By
8,7,Conj.
10.( ∃
x ) ( Mx ⋀ Bx )
9 ,EG.
PEMBUKTIAN INVALIDITAS ARGUMEN BERKUANTOR
Jika sebuah argumen tidak
valid, maka tidaklah mungkin untuk membentuk langkah pembuktian seperti pada
argument yang valid. Meskipun kenyataannya kita gagal membuktikan bahwa sebuah
argument valid, namun tidaklah menjamin bahwa memang argument tersebut tak
dapat diperlihatkan validitasnya. Hal ini mungkinm saja karena kuran
terampilnya seseorang dalamk membuktikannya.
Untuk membuktikan
invaliditas sebuah argumen, kita akan mengembangkan suatu metode khusus bagi
pernyataan berkuantor yang termasuk dalam sebuah argumen invalid.
Jika dalam fungsi proposisi berikut ada
individu “a”, maka :
(∀x)
Fx dan (Ǝx) Fx keduanya ekuivalen dengan Fa.
(∀x)
(Ǝx) (Fx ⋀
Gy) ekuivalen dengan Fa ⋀
Ga.
(Ǝx) (∀y)
(Ǝz) (Fx ⊃
(Gy ⋀
Hz).
Jika 3 individu a,b, dan c
disubstitusikan pada fungsi proposisi Fx, maka :
(∀x)
Fx ekuivalen dengan Fa ⋀
Fb ⋀
Fc.
(Ǝx) Fx ekuivalen dengan Fa ⋁
Fb ⋁
Fc.
Prinsip ini dapat kita perluas lagi
sehingga kita peroleh :
(∀x)
Fx ekuivalen dengann F(1) ⋀
F(2) . . . ⋀
F(n).
(Ǝx) Fx ekuivalen dengan F(1) ⋁
F(2) ⋁
. . . F(n).
Sekarang perhatikan sebuah fungsi
proposisi yang berkuantor berikut ini :
(∀x)
(Ǝy) (Fx ⋀
Gy)
Pernyataan ini mempunyai arti “Bagi
setiap x, maka ada beberapa y, sedemikian rupa sehingga berlaku Fx ⋀
Gy”.
Jika 2 individu “a” dan “b” yang kita
substitusikan pada fungsi proposisi ini, maka kita akan mendapatkan kesamaan :
( ⩝ x ) ( Ǝy ) (
Fx ⋀
Gy ) ≡ ( Ǝ y ) ( Fa ⋀
Gy ) ⋀ ( Ǝ y ) ( Fb ⋀ Gy )
≡ [ (
Fa ⋀ Ga ) ⋁ ( Fa ⋀ Gb ) ] ⋁ [ ( Fb ⋀ Ga ) ⋁ ( Fb ⋀ Gb ) ]
Perhatikan
pula pernyataan yang di simbolkan dengan :
( ∃ y ) ( ⩝ x ) ( Fx ⋀ Gy ).
Pernyataan ini memiliki pengertian “ Ada y
sedemikian rupa sehingga bagi setiap x,
berlaku Fx ⋀ Gy”. Dari bentuk ini kita memperoleh :
( Ǝ y ) (⩝ x ) ( Fx ⋀ Gy ) = (⩝ x ) ( Fx ⋀ Ga ) ⋁ (⩝ x ) ( Fx ⋀ Gb ) .
=[
( Fa ⋀ Ga ) ⋀ ( Fb ⋀ Ga ) ] ⋀ [ ( Fa ⋀ Gb ) ⋀ ( Fb ⋀ Gb ) ].
Sebuah argumen yang mengandung pernyataan berkuantor
adalah invalid jika dalam proporsinya ada paling sedikit satu individu sedemikian rupa
sehingga premisnya dapat dinyatakan dengan nilai kebenaran benar (B), sedangkan konklusinya dengan nilai
kebenaran salah (S), maka akan muncul suatu hal yang kontradiktif (suatu hal
yang mustahil terjadi) jika argumen yang kita periksa invaliditasnya merupakan
argumen valid. Dan sebaliknya tak muncul hal-hal
yang kontradiktif, jika argumen yang kita buktikan merupakan argumen invalid .
Untuk mengetahui cara-cara membuktikan invaliditas
argumen yang memuat penyataan berkuantor, perhatikan semua arumen di bawah ini
:
Semua
fungsi kosinus termasuk fungsi yang dapat diturunkan.
Ada beberapa fungsi yang dapat diturunkan tapi tak termasuk fungsi
sinus.
Jadi, ada beberapa fungsi kosinus yang tak ternasuk fungsi kosinus.
Dalam bentuk simbol argumen diatas dapat dinotasikan
dengan:
(
⩝ x ) ( 𝙺x ⊃ Dx )
(
∃ x ) ( Dx ⋀ ∼ Sx ) /∴
( ∃x ) ( 𝙺x ⋀ Sx ).
Jika
kita subtitusikan dengan sebuah undividu “a”,maka akan di dapat :
𝙺a
⊃Da
Da ⋀ ∼ Sa / ∴ 𝙺a ⋀ ∼ Sa.
Jika kita menetapkan nilai kebenaran Ka dengan S, Da
serta Sa dengan B, akan tercipata premis yang benar, serta konklusi yang salah.
Ternyata degan menciptakan premis dan konklusif dalam “situasi ” demikian, tak
mengakibatkan muncul hal-hal yang sifatnya kontradiktif. Ini berarti argumen
yang kita buktikan merupakan argumen invalid.
Berikut
ini adalah contoh lainnya :
Beberapa
buku impor sangat mahal harganya.
Beberapa
rumah di pondok Elok Real Estate sangat
mahal harganya.
Jadi, beberapa rumah di pondok Elok Real Estate
adalah buku impor.
Kita
buat notasi untuk argumen ini dengan :
(
∃ x ) ( Bx ⋀ Sx )
(
∃ x ) ( Rx ⋀ Sx ) / ∴ (∃x ) ( Rx
⋀ Bx ).
Misalkan
ada sebuah individu “a”, maka berlaku
Ba ⋀ Sa
Ra ⋀ Sa / ∴ Ra ⋀ Ba.
Jika
kita nyatakan premisnya dengan B, sedangkan konklusinya dengan S, maka dapat kesimpulan bahwa argumen tersebut “valid”. Misalkan Ba ⋀ Sa
benar, Ra ⋀ Sa benar Ra ⋀ Ba dan salah, maka jelas ini kontradiktif dan tidak
mungkin. Apakah dengan demikian kita langsung beranggapan bahwa argumen tersebut benar-benar valid?
Menghadapi argumen yang demikian, kita harus
hati-hati. Bila argumen tersebut benar valid, maka akan berlaku pula jika kita subtitusikan 2 individu yang
berlainan atau lebih, sehingga dengan subtitusi ini pun masih menampakkan
argumen yang valid. Jika dengan langkah demikian ternyata tak menunjujkkan
adanya satu hal yang kontradiktif, maka kita dapat menyimpulkan bahwa memang
argumen tersebut merupakan argumen yang invalid.
Sekarang kita
periksa argumen diatas. Jika kita subtitusikan 2 individu ,a dan b, maka
didapat:
(Ba
⋀ Sa ) ⋁ ( Bb ⋀ Sb )
( Ra ⋀ Sa ) ⋁ ( Rb ⋀ Sb ) / ∴
( Ra ⋀ Ba ) ⋁ ( Rb ⋀ Bb ).
Jika kita
periksa bentuk
yang telah merupakan hasil subtitusi ini, maka akan nampak pada kita bahwa
argumen yang kita uji ini merupakan argumen yang invalid.
Supaya kita
memperoleh sebuah fungsi proposi yang tepat
argumen dengan pernyataan berkuantor, kita harus mengujinya dengan
mencoba mensubtitusikan satu individu, yang di lanjutkan dengan 2 individu.
Akan nampak dengan segera bahwa bahwa dengan 2 individu muncul hal-hal yang
kontradiktif dalam arti hal-hal yang mustahil terjadi, jika memang argumen
tersebut valid. Sebaliknya, jika argumen
yang kita periksa tak menampakkan hal tersebut, bahwa dapat disimpulkan bahwa
argumen yang kita buktikan memang invalid.
DAFTAR PUSTAKA
Kusumah, Yaya. 1986. Logika
Matematika Elementer. TARSITO : Bandung
Tampomas, Husein. 2007. Matematika Jilid 1 untuk SMA/MA Kelas X.
Erlangga :